Adabul Mufrad Bab no. 132

√ Adabul Mufrad Bab no. 132



Sumber: Aplikasi Android Shahih Adabul Mufrad.

132. Persatuan

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَاصِمٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ ، عَنْ حَيْوَةَ بْنِ شُرَيْحٍ ، عَنْ دَرَّاجٍ ، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلالٍ الصَّدَفِيِّ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " إِنَّ رُوحَ الْمُؤْمِنَيْنِ لَيَلْتَقِيَانِ فِي مَسِيرَةِ يَوْمٍ، وَمَا رَأَى أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ "

261. Ahmad bin Ashim menceritakan pada kami: Said bin ufair menceritakan pada kami: Ibnu Wahb menceritakan padaku: dari Haiwah bin Syuraih, dari Darraz, dari Isa bin Hilal Ash-Shadafi, Dari Abdullah bin Amr bin Ash, dari Nabi SAW bersabda, "Ruh dua orang muslim bertemu sepanjang hari. Mereka tidak dapat melihatnya satu sama lain."

Dha'if, (Adh-Dha'ifah, hal: 1947): Bagian awal hadits ini ada syawahid dari hadits Khuzaimah bin Tsabit, telah ditakhrij dalam Ash-Shahihah 3262 [tidak terdapat dalam Kutubus-Sittah]


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مَيْسَرَةَ ، عَنْ طَاوُسٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : " النِّعَمُ تُكْفَرُ، وَالرَّحِمُ تُقْطَعُ، وَلَمْ نَرَ مِثْلَ تَقَارُبِ الْقُلُوبِ "

262. Abdullah bin Muhammad menceritakan pada kami: Sufyan menceritakan pada kami: dari Ibrahim bin Maisarah, dari Thawus, Dari Ibnu Abbas berkata, "Nikmat itu diingkari, silaturahmi diputuskan, dan kami tidak melihat lagi kedekatan hati."

Shahih sanadnya.


حَدَّثَنَا فَرْوَةُ بْنُ أَبِي الْمَغْرَاءِ، قَالَ : حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ مَالِكٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَوْنٍ، عَنْ عُمَيْرِ بْنِ إِسْحَاقَ، قَالَ : " كُنَّا نَتَحَدَّثُ : إِنَّ أَوَّلَ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الأُلْفَةُ ".

263. Farwah bin abu Maghra menceritakan pada kami: Al-Qasim bin Malik menceritakan pada kami: dari Abdullah bin Aun, Dari Umair bin Ishak, ia berkata, "Kami berbincang-bincang membicarakan bahwa hal pertama yang diangkat Allah dari manusia adalah kecintaan."

Isnadnya dha'if, Umar terpercaya namun Al Qasim bin Malik sedikit diragukan.

Share on Social Media