√ Adabul Mufrad Bab no. 155
Sumber: Aplikasi Android Shahih Adabul Mufrad.
155. Menumpahkan Debu pada Wajah Orang-orang yang Suka Memuji
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ ، عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ ، عَنْ مُجَاهِدٍ ، عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ ، قَالَ : " قَامَ رَجُلٌ يُثْنِي عَلَى أَمِيرٍ مِنَ الأُمَرَاءِ، فَجَعَلَ الْمِقْدَادُ يَحْثِي فِي وَجْهِهِ التُّرَابَ، وَقَالَ : أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَحْثِيَ فِي وُجُوهِ الْمَدَّاحِينَ التُّرَابَ "
339. Ali bin Abdullah menceritakan pada kami: Abdurahman bin mahdi menceritakan pada kami: Sufyan bin Said menceritakan pada kami: dari Habib bin Abu Tsabit, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar berkata, "Seseorang berdiri sambil menyanjung salah seorang Amir (pemimpin) dari pemimpin-pemimpin lainnya, lalu Al Miqdad menumpahkan debu pada wajahnya dan berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memerintahkan kepada kita agar menumpahkan debu pada wajah orang-orang yang suka memuji.'"
Shahih, di dalam kitab Ash-Shaihah (912). [Muslim, 53-Kitab Az-Zuhdu, hadits 68].
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا حَمَّادٌ ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحَكَمِ ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ ، " أَنَّ رَجُلا كَانَ يَمْدَحُ رَجُلا عِنْدَ ابْنِ عُمَرَ ، فَجَعَلَ ابْنُ عُمَرَ يَحْثُو التُّرَابَ نَحْوَ فِيهِ، وَقَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا رَأَيْتُمُ الْمَدَّاحِينَ فَاحْثُوا فِي وُجُوهِهِمُ التُّرَابَ "
340. Musa bin Ismail menceritakan pada kami: Hammad menceritakan pada kami: dari Ali bin Al-Hakam, Dari Atha' ibnu Abu Rabah, Bahwasanya seseorang pernah memuji orang lain di hadapan Ibnu Umar, lalu Ibnu Umar menumpahkan debu pada arah mulutnya dan berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Apabila kalian melihat orang-orang yang suka memuji orang lain, maka tumpahkanlah debu. Pada wajah mereka."'
Shahih, di dalam kitab Ash-Shahihah (912).
حَدَّثَنَا مُوسَى ، قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ ، عَنْ رَجَاءِ بْنِ أَبِي رَجَاءٍ ، عَنْ مِحْجَنٍ الأَسْلَمِيِّ ، قَالَ رَجَاءٌ : " أَقْبَلْتُ مَعَ مِحْجَنٍ ذَاتَ يَوْمٍ حَتَّى انْتَهَيْنَا إِلَى مَسْجِدِ أَهْلِ الْبَصْرَةِ، فَإِذَا بُرَيْدَةُ الأَسْلَمِيُّ عَلَى بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ جَالِسٌ، قَالَ : وَكَانَ فِي الْمَسْجِدِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ : سُكْبَةُ، يُطِيلُ الصَّلاةَ، فَلَمَّا انْتَهَيْنَا إِلَى بَابِ الْمَسْجِدِ ، وَعَلَيْهِ بُرْدَةٌ، وَكَانَ بُرَيْدَةُ صَاحِبَ مُزَاحَاتٍ، فَقَالَ : يَا مِحْجَنُ، أَتُصَلِّي كَمَا يُصَلِّي سُكْبَةُ؟ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ مِحْجَنٌ، وَرَجَعَ، قَالَ : قَالَ مِحْجَنٌ : إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِي، فَانْطَلَقْنَا نَمْشِي حَتَّى صَعِدْنَا أُحُدًا ، فَأَشْرَفَ عَلَى الْمَدِينَةِ ، فَقَالَ : وَيْلُ أُمِّهَا مِنْ قَرْيَةٍ، يَتْرُكُهَا أَهْلُهَا كَأَعْمَرَ مَا تَكُونُ، يَأْتِيهَا الدَّجَّالُ، فَيَجِدُ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِهَا مَلَكًا، فَلا يَدْخُلُهَا "، " ثُمَّ انْحَدَرَ حَتَّى إِذَا كُنَّا فِي الْمَسْجِدِ ، رَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلا يُصَلِّي، وَيَسْجُدُ، وَيَرْكَعُ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ هَذَا؟ فَأَخَذْتُ أُطْرِيهِ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا فُلانٌ، وَهَذَا، فَقَالَ : أَمْسِكْ، لا تُسْمِعْهُ فَتُهْلِكَهُ "
قَالَ : " فَانْطَلَقَ يَمْشِي، حَتَّى إِذَا كَانَ عِنْدَ حُجَرِهِ، لَكِنَّهُ نَفَضَ يَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ : إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ أَيْسَرُهُ، إِنَّ خَيْرَ دِينِكُمْ أَيْسَرُهُ، ثَلاثًا "
341. Musa menceritakan pada kami: Abu Awanah menceritakn pada kami: dari Abu Bisyr dari Abdullah bin Syaqiq, dari Raja bin Abu Raja, Dari Mihjan Al Aslami, Raja’ berkata, "Saya datang (menghadap) bersama Mihjan, pada suatu hari dan kami sampai ke masjid penduduk Bashrah. Tiba-tiba Buraidah Al Aslami duduk di (depan) salah satu pintu masjid." Raja’ menyambung ceritanya, "Pada waktu itu ada seseorang yang dikenal dengan sebutan Sakbah, dia selalu memanjangkan shalatnya. Tatkala kami sampai di pintu masjid -dan di atas pintu masjid itu terdapat selimut besar- Buraidah adalah orang yang suka bercanda berkata, 'Wahai Mihjan!, apakah engkau shalat sebagaimana shalatnya Sakbah?' Namun Mihjan tidak menjawabnya dan dia pulang." Raja meneruskan ceritanya, "Mihjan berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memegang tangan saya lalu kami berjalan sehingga kami menaiki gunung Uhud. Ketika hampir mendekati Madinah beliau berkata, "Celaka, induk Madinah itu dari desa yang telah ditinggal penghuninya seperti keramaian yang ada. Dajjal akan mendatanginya lalu dia mendapati malaikat berada pada setiap pintu-pintunya sehingga dia tidak dapat masuk ke dalamnya."
Kemudian turun, sehingga ketika kami berada di masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat seseorang yang sedang shalat, sujud dan ruku'. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada saya, 'Siapa orang itu?” Lalu Saya memujinya kemudian berkata, 'Wahai Rasulullah! ini fulan dan ini.' Kemudian Rasulullah berkata, 'Cukup, janganlah engkau meneruskannya sehingga engkau membinasakannya (Fulan).'"
Raja’ berkata, "Lalu Rasulullah meneruskan perjalanannya dengan larangan yang beliau katakan, tetapi beliau menggerak-gerakkan tangannya dan berkata, 'Sesungguhnya sebaik-baiknya agama bagimu adalah yang termudah, sesungguhnya sebaik-baiknya agama bagimu adalah yang termudah (tiga kali)."'
Hasan, di dalam kitab Ash-Shahihah (1635).